Selasa, 12 April 2011

Me Vs Mabuk Darat

Tour Melak-Balikpapan

Tidak ada kata yang lebih tepat selain hancur untuk  menggambarkan perjalananku dari melak menuju samarinda. Mungkin inilah jalanan terparah yang pernah ku tempuh. Menurut pengakuan si supir travel memang benar pendapatku ini. Rute ini adalah medan terberat bagi para pengemudi.

Berangkat pukul setengah sembilan malam dari melak. Mobil xenia melaju dengan kecepatan sedang. Melewati daerah Barong dan Melak kondisi jalan sangat bagus, bahkan boleh disebut mulus tanpa hambatan. Mungkin ini berkat kerja keras pembangunan Kutai Barat oleh pemerintah daerah.<tepuk tangan>

Seperti biasa aku selalu ngobrol ngalor-ngidul dengan si driver. Pak Sukardi namanya, beliau adalah orang Sulawesi yang telah lama menetap di sini. Berceritalah kami seputar pengalaman merantau. Sebuah obrolan yang asyik menurutku. Lumayan bisa ngilangin ngantuk dan perjalananpun terasa cepat.

Rintangan

Beberapa daerah di pinggiran kabupaten Kutai Barat telah dilalui. Sampailah kami di ujung dari perbatasan. Sebuah daerah dengan nama Muara Lawa. Pak Langgeng bilang daerah ini rawan banjir dan  kondisi jalan rusak total. Persis seperti apa yang dibilang pak Langgeng, kondisi jalan bergelombang-gelombang tidak beraturan <ada yang bisa rebonding jalan ini ???>. Belum lagi lubang di mana-mana, yang tampak hanyalah beberapa sisa aspal yang tidak terbawa oleh banjir. Wah… parno jadinya!!!!! <parno??? apanya paijo An>

Pak supir yang hampir tiap hari melewati jalan ini mengeluh. Huh… terdengar suara napas panjangnya. Hahaha aku juga bakal angkat tangan untuk berkendara di jalur sesulit ini.
Untung pak supir orangnya sabar setiap  lubang dan gelombang dilewati dengan sangat hati-hati. Asli…. Aku ini orangnya jarang sekali mabuk darat tapi gara-gara yang satu ini hampir rekorku tumbang. Karena sudah merasa di puncak mual aku meminta mobil menepi sejenak. Aku diam di tepi jalan berharap segera muntah dan rasa tidak nyaman ini berakhir. Tapi apa kenyataannya,.. tidak ada satupun cairan yang keluar dari mulutku. Yang ada hanyalah mual dan mual sepanjang perjalanan.<mual, muntah-muntah...jangan2 hamil...hehehehhe ngacooo>

Akhirnya
 
TENGGARONG… leganya aku bisa sampai di kota ini. Tahu kenapa?? Karena di sinilah jalan tak berbentuk itu berakhir. Lega rasanya serasa dapat oase di gurun pasir <boleh juga khayalannya….ga’ sekalian fatamorgananya pak hehehehe>

Mataku berbinar-binar melihat jalanan nan elok ini. Mobilpun berhenti mengeluarkan deritan kesakitannya. Suara mesin halus sehalus permukaan aspal di kota ini.

Lalu-lintas tampak sepi, maklum baru jam setengah empat pagi. Indahnya kota ini, bersih dan terlihat jembatan Tenggarong yang indah dengan lampu-lampu di malam hari. Alhamdulillah penderitaan mualku berakhir. Balikpapan I’m coming.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar