Kamis, 14 April 2011

Cuti Waktunya Detoksifikasi Otak

Cuti Otak


Seperti cuti-cuti yang sudah-sudah aku selalu mengadakan ritual silaturahmi. Berkujung ke rumah sanak saudara dan handai taulan <kata-kataku keren juga hahhhaha>. Ada sebuah hadist yang aku tidak terlalu hafal persis bunyinya tapi kurang lebih seperti ini intinya menyambung tali silaturahmi bisa memperpanjang umur dan memperbanyak rejeki. Sapa tahu cuti ini aku dapat rejeki tawaran main film <ngawur An kayaknya kamu masih mimpi> 

Rute yang kutempuh selalu berbeda tiap tahunnya tergantung mood yang tersedia <sekedar informasi aku ini orangnya moody saking moodynya kadang-kadang ga’ mandi gara-gara ga’ mood>. Biarpun rutenya berubah tapi tetap saja orang yang kutemui itu dan itu saja. Di sinilah uniknya meskipun hampir sama acara tiap cutinya tapi selalu saja kesannya berbeda dan tak ada kata bosan untuk berjumpa. Inilah dasyatnya arti “keluarga”.

Buat orang perantauan seperti aku ini saat-saat yang paling indah adalah cuti. Selain bisa bebas dari pekerjaan yang ga’ ada habisnya dan juga atasan yang ga’ ada asyik-asyiknya cuti bisa menjadi titik balik dari semua kejenuhan itu. 

Dengan cuti aku bisa melakukan hal-hal yang dalam keseharian kerja tidak mungkin aku lakukan seperti bangun siang, malas-malasan dan tidur pagi setelah semalaman begadang.  Dulu sebelum kenal yang namanya kata “kerja” aku selalu berdoa agar cepat merasakannya. Menurutku kerja itu keren dan menjadi sebuah pembuktian untuk sebuah kesiapan menatap masa depan. Semua itu memang benar tapi sekarang aku merasa gara-gara pekerjaan aku kehilangan masa muda dan kesenangan. Maklum aku ini belum berada dalam kedewasaan level aman. Aku masih labil dalam hidup. 

Kadang iri juga melihat orang lain yang masih bisa awur-awuran hidupnya, dalam artian mau begini terserah mau begitu juga terserah. Kalau dipikir-pikir ga’ bagus juga hidup seperti itu. Hidup harus teratur dan punya tujuan yang jelas. Nah fase inilah yang sekarang lagi aku alami. Fase pematangan pola pikir dan tujuan hidup. 

Banyak hal yang kudapatkan dalam bekerja selain gaji di akhir bulannya yaitu tentang arti hidup dan menghidupi. <info kilat: habis cuti baru gajian jadi cuti ini mengandalkan sisa gaji bulan lalu… buat temen-temen sorry ga’ bisa ngasi traktiran…(dasar An pelit….)>

Aku jadi ingat rutinitasku saat hari kerja. Bangun jam setengah empat pagi siapin sarapan dan nangkring di tepi jalan jam setengah lima subuh untuk menunggu bis jemputan. Malamnya jam tujuh baru nyampe rumah, badan masih capek dan harus keluar mencari makan malam. Duh ribet dan betapa sibuknya. Namun aku harus bersyukur dengan semua ritual ini karena banyak orang di luar sana yang susah mencari kerja. Ada juga yang bekerja tapi penghasilan mereka tak sebanding dengan apa yang mereka harus korbankan. Alhamdulillah aku sudah bekerja, aku harus bersyukur dan menjalani amanah ini sebaik-baiknya. Insya Allah.

Cuti ini saatnya refreshing sejenak melupakan semua yang terjadi. Ini saat untuk charge semangat. Mendetoksifikasi racun dalam otak dengan kegiatan yang menyenangkan. Berharap ketika harus kembali berkutat dalam pekerjaan ada spirit baru untuk berkarya lebih baik.

Sekarang waktunya jalan-jalan ke rumah keluarga siapa tahu ada tetangga baru yang bisa diajak berkenalan. Cuti memang ga’ ada matinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar