Minggu, 08 Mei 2011

Psikolog Dadakan Bernama Yan

Curhat Dongg..

Orang ini memiliki tinggi 165 centi dengan badan buncit berisi. Lulusan S3 (SLTA) ini terkenal jujur dalam bersikap dan sedikit menyebalkan jika berucap. Ceplas ceplos antusias dan sangat spontanitas. Sekilas seperti pendiam tapi kenyataannya nggak bisa diam. Ceriwis, cerewet, tukang ngomel, banyak omong dan masih banyak lagi julukan yang lainnya.

Namun ditengah berjuta bahkan bermilyar kekurangannya ada satu kelebihannya. Dia menyadari maksud diciptakannya dua telinga yaitu untuk lebih banyak mendengar sebelum berbicara. Banyak teman yang sering curhat dan sharing pendapat dengan dia. Komentarnya yang jujur terbukti sangat manjur sekaligus menghibur. Ya…walaupun kadang ngawur dan sedikit ngelantur.

Itulah diriku menurut sudut pandang beberapa teman. Yan sang psikolog dadakan.

Okay..kita mulai sesi curhat kali ini. Seorang teman memiliki problem dalam pekerjaan, ini berhubungan dengan atasan yang boleh dibilang sewenang-wenang dan terkesan tidak sopan.

Ku buka dengan tanggapan penuh kebijaksanaan. Menyuruhnya bersabar dan banyak-banyak beristigfar.
“Sabar bro..jangan terlalu dipikirkan. Nggak usah diambil hati mending masalah ini dilupakan dan mencoba lembaran baru yang lebih baik. Yang penting khan kamu tidak apa-apa. Mungkin saja pimpinan kamu khilaf. Ada baiknya kita doakan semoga mendapat petunjuk dariNya.Semua akan baik-baik saja, kamu tenang ya”

Kemudian sang teman berkomentar “Tapi ini sudah kelewatan. Kata-katanya begitu kasar dan menyinggung perasaan”

Wah..aku sedikit terbawa suasana dan timbullah tanggapan sinis tak terduga.
“Cuekin aja. Ga’ usah diperdulikan. Kerja aja seperti biasa anggap dia nggak ada. Bumi tetap berputar pada porosnya kok.. Jangan mau dijajah tunjukkan bahwa kamu berharga dan dia butuh kamu sebagai bawahannya.. Kalau emang ada yang ga’ benar katakan langsung sama dia. Jika perlu membantah juga boleh asal kamu punya alasan yang oke. Gimana?”

“Benar juga sih”, kata temanku. “Tapi kalau sudah dibantah dia nggak sadar juga…”

Semakin memanas rasa hatiku. Otak pentium satuku mulai over heating dan emosiku kian terpancing.
“Hmmm…sialan juga itu bos. Sok banget jadi orang. Mentang-mentang atasan, ga’ bisa dijadikan teladan tuh namanya.. Penasaran kayak apa orangnya. Doakan aja dia bisulan tujuh hari tujuh malam,dicium monyet rabies, dikejar-kejar orang stress, digondhol wewe gombel atau sekalian aja dia jadi gembel”

Dengan sigap temanku menyela…” Weiii…tenang bro..kok jadi kamu yang sewot. Ini khan masalahku. Ga’ usah segitunya kali… Sabar..sabar yan..”

Ku hela napas panjang. Mencoba menenangkan diri dari gejala pemanasan hati.
“Astagfirllah..Orang macam apa aku ini mudah sekali uring-uringan. Seharusnya aku memberi nasehat dan masukan yang baik bukan malah marah penuh amarah.”

Maksud hati pengen meredakan emosi dan menyelesaikan masalah hati. Eh..malah yang ada aku memaki-maki tanpa arti. Harap maklum aku bukan psikolog sungguhan yang penuh perhatian dan bisa memberi solusi jempolan. Aku hanyalah Yan si psikolog dadakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar