Sabtu, 28 Mei 2011

Birokrasi Oh…Birokrasi


Sudah lama aku pengen punya motor. Beberapa bulan ini aku sengaja menabung untuk mewujudkan keinginan ini. Namun sekarang ketika kesempatan itu datang kenapa aku jadi binggung dibuatnya. Bukan binggung motor apa yang akan aku pilih tapi razia polisi yang begitu gencar akhir-akhir ini membuat takut pasalnya aku nggak punya SIM C. Apa kata dunia kalau sampai aku melanggar aturan???


Hehhehehehehe…. Solusi sebenarnya gampang. Tinggal datang ke kantor polisi dan mengurusnya. Namun keadaan sedikit berbeda tatkala persyaratannya wajib menggunakan KTP lokal. Hahh!!!! Jadi untuk perantau sepertiku ini harus bikin KTP di sini dulu??? Betapa ribetnya !!!!

Jumat, 27 Mei 2011

Gara-Gara Kompasiana Aku Melupakan Blog Tercinta

Berpaling dan menemukan tambatan hati yang lain. Sekarang cintaku telah berpaling semakin jauh dan semakin jauh. Entah sejak kapan hati ini bertolak ke lain arah. 


Pertemuanku dengannya tepat 1 mei 2011. Sebuah perjumpaan yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Kilaunya membutakan mata hatiku. Meremukkan relung hati. Dan membuat luluh jiwa ragaku.


Aku begitu tergila-gila dengan aktivitas ini. Menulis mengandung zat adiktif yang membuatku kecanduan. Tanpanya hidup serasa ada yang kurang. Citizen journalism bernama kompasiana telah membuatku sedikit melupakan cinta lama, blog tercinta.

Selasa, 10 Mei 2011

Berseteru dengan Khayalan Berdiskusi dengan Kenyataan

Mari Bermimpi

Gantungkanlah mimpimu setinggi langit” ucap seorang guru di dalam album sekolah yang dibagikan saat acara kelulusan. Mimpi adalah nyawa dari kehidupan. Manusia tanpa mimpi bagaikan turis yang bertamasya tanpa tujuan. 

Aku tergolong orang yang suka bermimpi. Banyak keinginan yang ingin kugapai. Mulai dari dalam buaian hingga umurku dua puluhan entah berapa mimpi yang sudah aku gantungkan. Entah kapan aku akan meraihnya. Yang kutahu hanya satu yang pasti. Aku harus berusaha dan berdoa.

Sedih Ketika Bahagia

Terima Kasih Teman...

Pernah aku mendengar sebuah dialog dalam film yang aku lupa judulnya. Ada dua orang yang sedang berbincang-bincang, salah seorang berkata “lo ga’ bakalan tahu apa artinya teman… sedih itu bukan hanya ketika kita susah ga’ ada yang nemenin tapi ketika kita bahagia tapi nggak ada yang diajak ketawa bersama”

Sedikit merenung apa yang terkandung dalam dialog itu. Aku termasuk salah satu orang yang pernah mengalami hal serupa. Memang benar apa yang dikatakan actor dalam film tersebut. Kesedihan bukan hanya saat merasa sepi ketika bersedih hati tapi ketika gembira namun tidak ada seorangpun yang bisa kita ajak berbagi.

Awal perantauanku di bumi borneo semua terasa begitu menyenangkan banyak hal baru kutemukan. Namun aku sedih karena saat itu aku jauh dari teman-teman akrabku. Beberapa teman semasa sekolah, tempat biasanya aku berbagi cerita dan keluh kesah.
 
Aku menikmati indahnya dunia kala itu dengan sebuah kesendirian. Tak ada tempat berbagi keceriaan senda gurau dan kebahagiaan. Hmmm…teman itulah yang kubutuhkan. Kadang  semua terasa begitu berharga ketika tak lagi disamping kita. Terlebih sebelum keberangkatan aku meninggalkan sebuah perdebatan yang berujung pada pertengkaran sampai pada akhirnya aku pergi tanpa berpamitan.

Ada ungkapan mencari teman itu tidak mudah dan mencari musuh itu gampang. Mari kita jaga apa yang kita punya jangan sampai semua terlewat begitu saja. Hidup sangat berarti jangan sampai terlalu banyak penyesalan. Teman, terima kasih atas semuanya.

*sumber gambar google*

Senin, 09 Mei 2011

Sarapan Pas Buat Hari Senin…

Kriyukk…kriyukk, laper? Sarapan yyukkkk!!!

Dengan bangganya kalender tak bergambar itu menunjukkan angka sembilan di lembar putih tubuhnya. Di atasnya tercetak sebuah tulisan agak besar yang jika dibaca bunyinya MONDAY. Wah…aku tersadar kalau ini adalah hari senin.

Sebuah awal dari pekan yang misterius dalam kehidupan. Jadi teringat wejangan guru Ong Way di film Kungfu Panda. Kemarin adalah masa lalu hari ini adalah kenyataan dan esok adalah misteri. 

Kemarin adalah akhir pekan yang menyenangkan. Sebuah masa di mana liburan adalah kegiatan utamanya. Jalan-jalan, bertamasya, kumpul bareng keluarga begitu biasa orang-orang menghabiskannya. Tapi apa yang terjadi hari ini?

Ohhhh…. Waktunya kembali ke rutinitas lagi. Siswa kembali ke pelajaran di sekolah dan pegawai kembali berjibaku dengan pekerjaan. Banyak yang mengeluh hari ini, terbukti dengan jawaban posting di facebook dan beberapa sms tadi pagi. Sebuah pertanyaan ku lemparkan.

Woi…sarapan apa pagi ini?

Berikut beberapa jawaban yang masih tersimpan di memori otakku.

“Sial sarapan cucian kotor… harus semangat nih!!!!! Semangat semangat semangat (ipin mode on)”
“Gila, sarapan hari ini pending job segunung”
“Ampunn ga’ ada makanan di meja makan”
“Boro-boro sarapan mandi aja ga’ sempat nyampe sekolah telat lagi teidaaaakkk”
“Gara-gara begadang aku ketiduran…males kerja. Cari surat sakit ahhhh”
“Matematika sama dengan sarapan penuh angka…dubrak!!!!”
“Sarapan pagi ini mie instant lagi …anak kost kurang gizi”
“Hmmm Alhamdulillah nasi uduk termakan sudah”
“Traktir aku dong”
“Sarapan hari ini upacara bendera..panasnya”
“Pagi-pagi sarapan omelan si boss…huft”
“Hmmm…bentar kupikir-pikir dulu”

Wah… ternyata banyak temanku yang belum siap dengan hari senin ini. Menurut prediksi asal-asalanku ini disebabkan karena terlalu capek waktu akhir pekan. Kadang-kadang aku juga seperti itu. Menganggap tidak ada hari lagi setelah hari minggu. Jadi hari minggu dipuas-puaskan untuk bersenang-senang, masa bodo’ besok mau capek atau nggak. Yahhh aku memang manusia yang mudah terlena dengan sesuatu yang disebut liburan.

Sedikit saran buat teman-teman tentang sarapan pagi ini. Sepiring semangat, segelas doa dan jangan lupa sesendok motivasi untuk menjalani hari ini.

Kriyukk…kriyukk, laper? Sarapan yyukkkk!!!



Menulis Itu… Seperti Kata Pak Budi

BU bu DI di BUDI...

B U bu D I di bacanya BUDI.  Sebuah latihan mengeja yang kudapat saat aku belajar membaca. Ini juga yang menjadi materi pertama pelajaran bahasa Indonesia kelas satu SD. Entah ini kebetulan atau apa, yang pasti aku punya guru bahasa Indonesia bernama Pak Budi. Lupa aku nama lengkapnya. Guru SMPku ini orangnya berkumis dan murah senyum. Beliau jarang marah dan sangat berwibawa. Ini yang menyebabkan aku dan teman-teman sangat nyaman belajar bersamanya.

Beliau yang menginspirasiku untuk menulis. Aku memang tergolong anak yang suka ngobrol tapi kalau urusan merangkai kata dalam sebuah tulisan aku masih sering mengalami kesulitan. Pak Budi mengajarkanku teknik simple namun terbukti mampu membangkitkan semangatku untuk menulis sampai sekarang ini.

Caranya seperti ini. Beliau menugaskan setiap muridnya untuk membuat sebuah buku harian. Ini wajib dibuat setiap hari dan harus dikumpulkan setiap seminggu sekali. Terserah apa saja yang mau ditulis mulai dari kegiatan sehari-hari atau bisa juga lagu dan puisi. 

Metode ini terbukti ampuh menumbuhkan minatku untuk menulis. Pada mulanya memang aneh terlebih dengan istilah buku harian yang biasanya berhubungan dengan perempuan. Pertama-tama membuat, aku hanya memfungsikannya sebagai reminder seperti mencatat PR atau jadwal kegiatan yang akan kulakukan. Lambat laun timbul keinginan untuk menceritakan kegiatan sehari-hari. Misalnya makan pagi dengan apa atau bagaimana asyiknya pelajaran di sekolah hari ini. 

Wah…ternyata aku mulai ketagihan. Aku merasa tulisan tak hanya reminder atau cerita sehari-hari. Ku berimprovisasi dengan memberi  tanggapan terhadap peristiwa yang kulihat di jalan atau di tivi. Terkadang aku menuangkan sedikit curahan hati di dalamnya. Kegiatan ini sangat mengasyikan. 

Menurutku ini bisa jadi obat ampuh untuk menghilangkan sepi dan emosi. Teman tidak selamanya ada bersama kita. Mereka punya waktu untuk dunianya sendiri. Kita juga tidak bisa memaksa mereka harus ada setiap saat ketika kita ingin bercerita. Hmmm tak ada teman buku harian boleh juga untuk menuangkan perasaan. 

Akhirnya menulis menjadi sebuah kebiasaan. Sampai aku menemukan sebuah fasilitas bernama blog. Aku memang bukan penulis jempolan seperti Marga T, Andrea Hirata, Indra Herlambang, Djenar Maesa Ayu, Raditya Dika atau yang lainnya. Aku hanya penulis kacangan yang ingin menuangkan sesuatu dalam pikiran ngawurku. Ini adalah wadah yang tepat. Berasa penulis betulan, aku mempunyai ruang untuk berceloteh dan tak  ada yang melarang. Ga’ perlu penerbit dan semua orang bisa mengaksesnya. Cukup simple khan?

Thank You Pak Budi atas inspirasinya. Sekarang aku mulai aktif bercerita di kompasiana. Harapanku Bapak bisa membacanya. Ini sebagai bukti kecintaanku terhadap menulis seperti yang Pak Budi ajarkan. Menulis itu…seperti kata Pak Budi.


Sekali Jadian, Sebuah Hubungan Tanpa Status dan Berjuta Kekaguman

the real love story

Sedikit memutar waktu mengenang kejadian yang telah berlalu. Kembali ke masa di mana seragam putih biru masih dikenakan. Masa-masa bahagia di sekolah menengah pertama.Tepatnya tahun 2000 awal sebuah millennium baru.

Di sebuah kota wisata yang mendapat julukan Swiss of Java. Kota dingin Batu yang begitu menawan. Tempat di mana aku dilahirkan dan dibesarkan.

Memasuki masa puber atau istilah sekarang disebut ababil alias ABG labil kala itu. Menjadi salah satu murid di sekolah favorit merupakan sebuah kebanggaan. Ini pertama kalinya aku bersekolah agak jauh dari rumah. Maklum jarak SDku tidak lebih dari lima puluh meter. Ini adalah masa di mana aku mulai berinteraksi dengan dunia luar dan mencoba apa yang dinamakan pacaran.

Caturwulan pertama

Perpustakaan tampak sepi saat itu. Hanya beberapa murid mengisi bangku kosong di belakang tumpukan buku. Ada yang sekedar baca koran, ngobrol dan juga bikin PR. Aku sedang sibuk mempersiapkan scenario drama yang akan diperlombakan dalam class meeting bulan depan ketika seorang gadis menyapaku.

“Yan sedang apa?”, dia bertanya sambil melemparkan senyuman.
“Lagi persiapan buat lomba drama class meeting depan. Gimana persiapan kelasmu?” tanyaku.
“Ga’ tahu juga anak-anak kurang kompak”, jawabnya sambil mengambil tempat duduk disebelahku.
“Eh ngomong-ngomong kamu sudah punya pacar belum?”. Sebuah pertanyaan yang membuatku diam seribu bahasa. Dubrak!!! Apa bener dia akan nembak aku. Ah mungkin cuma sekedar bertanya pikirku.
“Belum nih, emang kenapa. Kamu pengen jadi pacar aku ya?”, sedikit gurauan ku katakan. Eh..ternyata dia tanggapi dengan serius.
“Aku mau kok…jadi ini berarti kita jadian dong”, katanya dengan mata yang berbinar-binar.
“Hehehee…iya sekarang kita pacaran”, ucapku lugu. Dalam benakku yang namanya pacaran ternyata nggak ribet. Ngobrol bentar langsung jadi. Ya..harap maklum waktu itu aku belum mengerti apa itu cinta. Jadi punya pacar kuanggap sebagai sebuah permainan baru yang menyenangkan.

Nggak lama berselang tepatnya tiga hari setelah jadian kita putus. Jadinya cepet,  putusnya cepet juga. Jadinya ga’ ribet putusnya simple juga. Tahu nggak kita putus gara-gara apa? Hehehhe..sampai sekarang aku juga lupa kenapa. Yang pasti saat itu aku dan dia berkumpul di aula. 

“Eh…Yan putus yuk. Bosen nih pacaran. Nggak asyik ternyata”, katanya dengan sangat antusias.
“He em aku juga males. Ga’ seru mending kita putus saja ya, okay”, balasku.
Pacaran yang aneh menurutku.

Caturwulan kedua

Mengawali sekolah setelah libur panjang seusai ujian. Semua wajah tampak berseri-seri setelah refreshing dan vacuum sebentar dari hingar bingar pelajaran. Ada sebuah tradisi di sekolah kami saat itu. Memulai caturwulan baru dengan berganti tempat duduk sesuai acakan guru. Ada yang senang karena mendapat teman sebangku yang diinginkan, ada yang cemberut karena mendapati musuhnya ada disebelah dan ada pula yang protes besar-besaran karena harus berdampingan dengan anak yang super jorok.

Aku termasuk yang beruntung duduk berduaan dengan seorang gadis berkerudung yang sangat manis. Namanya Vita. Semakin hari semakin akrab hubungan kita sampai-sampai kita saling bertukar buku catatan. Aku mencatat untuk dia begitu pula sebaliknya.

Lambat laun rasa suka itu muncul juga. Kekagumanku atas dirinya yang ayu semakin terpacu. Sebuah tanya jawab kami lakukan. Kami anggap ini sebagai permainan polling. Menurut kamu siapa orang yang masuk tiga besar ganteng di kelas. Dan dia bertanya siapa yang masuk tiga besar untuk murid tercantiknya. Dan tak disangka ternyata kami sama-sama menempati urutan yang kedua. Aku tertunduk malu begitu juga dengan dirinya. Terlebih ketika pelajaran bahasa inggris aku menanyakan padanya “do you love me”. Dia hanya senyum dan tertawa.

Tak ada kepastian saat itu apa hubungan kami. Sampai pada akhirnya kita pisah kelas dan tak akrab lagi.

Semester ganjil kelas tiga

Entah apa yang terjadi aku sekarang sangat mudah jatuh hati pada para gadis. Hampir tiap hari rasa itu berubah hari ini Putri besok Dewi dan lusa Vivi. Kekagumanku beragam alasannya mulai dari parasnya yang cantik, suara yang merdu hingga kemampuan menari yang juara.

Ya…betapa indahnya saat itu. Saat aku di Sekolah Menengah Pertama sekali jadian, sebuah hubungan tanpa status dan berjuta kekaguman aku rasakan. Terima kasih kawan kenangan dengan kalian akan selalu kukenang hingga menjadi kisah klasik untuk masa depan.