BU bu DI di BUDI...
B U bu D I di bacanya BUDI. Sebuah latihan mengeja yang kudapat saat aku belajar membaca. Ini juga yang menjadi materi pertama pelajaran bahasa Indonesia kelas satu SD. Entah ini kebetulan atau apa, yang pasti aku punya guru bahasa Indonesia bernama Pak Budi. Lupa aku nama lengkapnya. Guru SMPku ini orangnya berkumis dan murah senyum. Beliau jarang marah dan sangat berwibawa. Ini yang menyebabkan aku dan teman-teman sangat nyaman belajar bersamanya.
Beliau yang menginspirasiku untuk menulis. Aku memang tergolong anak yang suka ngobrol tapi kalau urusan merangkai kata dalam sebuah tulisan aku masih sering mengalami kesulitan. Pak Budi mengajarkanku teknik simple namun terbukti mampu membangkitkan semangatku untuk menulis sampai sekarang ini.
Caranya seperti ini. Beliau menugaskan setiap muridnya untuk membuat sebuah buku harian. Ini wajib dibuat setiap hari dan harus dikumpulkan setiap seminggu sekali. Terserah apa saja yang mau ditulis mulai dari kegiatan sehari-hari atau bisa juga lagu dan puisi.
Metode ini terbukti ampuh menumbuhkan minatku untuk menulis. Pada mulanya memang aneh terlebih dengan istilah buku harian yang biasanya berhubungan dengan perempuan. Pertama-tama membuat, aku hanya memfungsikannya sebagai reminder seperti mencatat PR atau jadwal kegiatan yang akan kulakukan. Lambat laun timbul keinginan untuk menceritakan kegiatan sehari-hari. Misalnya makan pagi dengan apa atau bagaimana asyiknya pelajaran di sekolah hari ini.
Wah…ternyata aku mulai ketagihan. Aku merasa tulisan tak hanya reminder atau cerita sehari-hari. Ku berimprovisasi dengan memberi tanggapan terhadap peristiwa yang kulihat di jalan atau di tivi. Terkadang aku menuangkan sedikit curahan hati di dalamnya. Kegiatan ini sangat mengasyikan.
Menurutku ini bisa jadi obat ampuh untuk menghilangkan sepi dan emosi. Teman tidak selamanya ada bersama kita. Mereka punya waktu untuk dunianya sendiri. Kita juga tidak bisa memaksa mereka harus ada setiap saat ketika kita ingin bercerita. Hmmm tak ada teman buku harian boleh juga untuk menuangkan perasaan.
Akhirnya menulis menjadi sebuah kebiasaan. Sampai aku menemukan sebuah fasilitas bernama blog. Aku memang bukan penulis jempolan seperti Marga T, Andrea Hirata, Indra Herlambang, Djenar Maesa Ayu, Raditya Dika atau yang lainnya. Aku hanya penulis kacangan yang ingin menuangkan sesuatu dalam pikiran ngawurku. Ini adalah wadah yang tepat. Berasa penulis betulan, aku mempunyai ruang untuk berceloteh dan tak ada yang melarang. Ga’ perlu penerbit dan semua orang bisa mengaksesnya. Cukup simple khan?
Thank You Pak Budi atas inspirasinya. Sekarang aku mulai aktif bercerita di kompasiana. Harapanku Bapak bisa membacanya. Ini sebagai bukti kecintaanku terhadap menulis seperti yang Pak Budi ajarkan. Menulis itu…seperti kata Pak Budi.
salam untuk pak Budi ya..hehehe
BalasHapusguru pling berpengaruh memang guru yg mngjri kuta membaca dan mulis :)
BalasHapusjgn lpa mmpir ke eMingko Blog
menulis memang hal yang sangat baik.dan mencegah kita dari pergaulan yang tidak terarah.
BalasHapussalam kenal.di tunggu kunjungan baliknya.
terima kasih insyaallah nanti kalau ketemu pak budi salamnya saya sampaikan
BalasHapusyupss benar guru yang satu ini memang tak akan terlupakan apalagi guru kelas 1 sd yang pertama kali mengajarkan membaca dan menulis
BalasHapusbetul saya setuju menulis selain menyenangkan juga bisa menjadi terapi agar lebih sabar dan bisa memandang dunia lebih positif, salam kenal
BalasHapusbuat semuanya saya akan mampir ke blog-blog kamu semua, salam kenal
BalasHapussampaikan salam ku buat pak budi, apakah Nama lengkapnya Budikase
BalasHapusbukan mas, aku lupa nama lengkapnya tapi bukan Budikase sepertinya
BalasHapus